Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Ciri khas Sumatera Barat terletak pada atap yang konon mengambil simbol dari tanduk kerbau.
Dengan keunikan dan cerita yang dimiliki, Sumbar tidak berhenti mempesona siapa pun yang mengunjungi. Peninggalan sejarah merupakan salah satu petunjuk untuk mengetahui kehidupan dan peradaban di masa lalu. Kita dapat mengetahui suatu peristiwa dari jejak-jejak sejarah. Berbagai bentuk peninggalan yang terpelihara dalam suatu kawasan yang disebut situs. Benda-benda sejarah ada yang masih utuh terpelihara, namun banyak pula yang sudah terlupakan. Untuk itu beberapa contoh 9 Destinasi Wisata Museum/Peninggalan Bersejarah di Sumatera Barat, berikut ini.
Daftar Isi
1. Istana Bung Hatta
Gedung Negara Tri Arga atau Istana Bung Hatta yaitu gedung bekas kediaman Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta yang terletak di pusat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Bangunan yang berdiri saat ini hasil renovasi pada 1960-an setelah bangunan asli hancur sewaktu Agresi II Militer Belanda. Istana yang penuh nilai history dan pas jika kamu ingin berwisata sejarah di tempat ini.
2. Jembatan Ratapan Ibu
Payakumbuh Jembatan Ratapan Ibu yaitu sebuah jembatan yang menjadi tempat eksekusi para pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda di zaman penjajahan yang berada di kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Jembatan dibangun pada 1818 dan memiliki panjang 40 meter dengan arsitektur kuno berupa susunan batu merah setengah lingkaran yang direkat dengan kapur dan semen tanpa menggunakan tulang besi. Jembatan Ratapan Ibu dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda menggunakan para pribumi sebagai pekerja paksa. Jembatan yang akhirnya dikenang sebagai kekejaman Belanda dan perjuangan para pejuang yang dibantai di jembatan ini.
Baca juga : Wisata di Painan
3. Museum Negeri Adityawarman
Museum Adityawarman merupakan museum budaya terpenting di Sumatera Barat. Museum yang berfungsi sebagai tempat menyimpan dan melestarikan benda-benda bersejarah, seperti cagar budaya Minangkabau, cagar budaya Mentawai, dan cagar budaya Nusantara. Persis di depan bangunan museum ini, terdapat dua buah lumbung padi sebagai pelengkap bangunan rumah gadang.
Bangunan juga dipadukan dengan miniatur pedati, bendi, dan pesawat perang peninggalan Perang Dunia II. Museum yang berlokasi di Jalan Diponegoro No.10, Belakang Tangsi, Kota Padang, Sumatera Barat dibangun pada 1974 dan diresmikan pada 16 Maret 1977. Nama Adityawarman digunakan sebagai penghormatan terhadap Raja Pagaruyung abad XIV M itu. Museum Adityawarman juga sangat terkenal di Kota Padang dan sering disebut-sebut sebagai Taman Mini-nya Kota Padang.
Baca juga : Wisata di Kota Solok
4. Benteng Fort de Cook
Fort de Kock yaitu benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada 1825, saat Baron Hendrik Merkus de Kock menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Karena benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock.
Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Padri pada 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19 silam. Pada tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, sekarang adalah Bukittinggi. Benteng Fort de Kock masih menjadi saksi bisu akan kejamnya penjajahan Belanda pada saat itu untuk berkuasa atas Minangkabau dan sisa kekejaman masih tersirat dalam bangunan setinggi 20 meter dengan warna cat putih dan hijau.
Baca juga : Wisata di Kota Padang
5. Istano Basa Pagaruyung
Zaman dahulu, berdiri sebuah kerajaan bernama Pagaruyung. Kerajaan yang runtuh pada masa Perang Padri. Bangunan khas dengan atap berbentuk seperti tanduk kerbau ini, sampai sekarang masih banyak dikunjungi masyarakat Padang dan sekitarnya. Istana yang merupakan salah satu peninggalan sejarah yang wajib dikunjungi yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar.
Komplek Istano Basa Pagaruyung mulai dibangun pada 27 Desember 1976 ini adalah nama dari tempat tinggal keluarga kerajaan dari Minangkabau yang sekaligus menjadi pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya. Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istano Basa asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar pada sebuah kerusuhan berdarah pada 1804. Istana tersebut lalu didirikan kembali namun kembali terbakar pada 1966. Tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak istana. Dan, bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan. Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka Kerajaan Pagaruyung disimpan di Istano Silinduang Bulan.
Baca juga : Wisata di Kota Pariaman
6. Lobang Jepang
Lobang Jepang menyimpan begitu banyak cerita pahitnya masa penjajahan pada waktu itu. Lobang dibangun atas perintah Panglima Divisi ke 25 Angkatan Darat Bala tentara Jepang yaitu Letjen Moritake Tanabe. Panjang lubang yang terdapat di lokasi ini lebih kurang 1400 meter, sedangkan panjang keseluruhan yang berada di bawah Kota Bukittinggi diperkirakan sekitar 5000 meter.
Dengan begitu, yang terawat atau terpelihara hanya 30 persen dari yang seharusnya. Kegunaan utama dari lubang ini adalah sebagai basis pertahanan militer dari serangan sekutu. Karena kegunaannya maka pembangunan Lubang Jepang ini dirahasiakan. Tidak ada yang tahu pasti kapan lubang ini mulai dibangun. Hanya dapat di perkirakan bahwa pembangunannya segera dilakukan setelah pendudukan Jepang pada 1942. Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan mega proyek ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak.
Baca juga : Wisata di Bukittinggi
7. Padangsche Spaarbank
Padangsche Spaarbank adalah satu dari sekitar 74 bangunan bersejarah di Padang yang dilindungi SK Pemerintah Kota Padang. Bangunan yang dikabarkan pernah menjadi Kantor Bank Tabungan Sumatera Barat dibangun sejak 1908. Bangunan 2 lantai memiliki desain interior bergaya Neo-klasik Eropa yang megah dan kokoh. Selain difungsikan sebagai bank, bangunan bersejarah ini juga pernah dioperasikan sebagai Hotel Batang Arau dari tahun 1994 sampai 2009 lalu.
8. Masjid Muhammadan
Wisata sejarah Kota Padang membawa kita pada salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Namanya yaitu Masjid Muhammadan. Masjid yang dipengaruhi oleh budaya India ini dibangun oleh sejumlah muslim India yang membentuk komunitas di area Pelabuhan Muara. Masjid bersejarah bercat putih dan hijau mulai dibangun pada 1843. Lantai pertama digunakan untuk beribadah, lantai dua dan tiga untuk istirahat atau kegiatan lainnya. Berlokasi di Jln Pasa Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang.
9. Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia yang berlokasi di Jln Batang Arau No.60, Belok Nipah, Padang Barat, Kota Padang. Museum Bank Indonesia Padang merupakan De Javasche Bank (DJB) atau gedung Bank Indonesia ketiga di luar Jawa, setelah Surabaya dan Semarang.
Gedung mulai beroperasi pada 1864. Dengan direkturnya adalah A.W Verkouteren. Pada masa penjajahan Jepang, gedung ini pernah diambil alih dan diganti fungsi menjadi Nanpo Kaihatsu. Pada tahun 1977, bangunan ini masih dipakai untuk kegiatan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia Cabang Padang.
Sekian contoh dari 9 Destinasi Wisata Museum/Peninggalan Bersejarah di Sumatera Barat. Semoga bermanfaat dan menjadi pilihan saat kamu berlibur di kota Padang.