Abdurrahman Wahid : Biografi Lengkap Dan Presiden RI Ke-4

Anda masih mengingat sosok agamais satu ini?, beliau merupakan mantan Presiden RI ke-4. Ia sosok yang penuh dengan humor dan nyeleneh, ialah seorang Gus dur yang memiliki nama lahir yaitu Abdurrahman Wahid. Sekilas Gus Dur merupakan salah satu tokoh agama yang fenomenal, dari sikap, perkataan juga keteladannya ia begitu dikenal dengan semboyannya “ Begitu saja kok repot “.

Pada tahun 1999, Gus Dur menggantikan posisi BJ Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai presiden Republik Indonesia ke- 3. Masa kepemimpinan Gus Dur terbilang pendek, yaitu menjabat Presiden hanya kurang dari dua tahun. Salah satu yang dikenal dari Gus Dur yaitu ia pernah mengeluarkan kebijakan reformasi yang cukup kontroversial, dengan membubarkan departemen sosial yang dianggap korupsi dan merugikan negara serta rakyat Indonesia.

Selain ia sosok yang pintar Gus Dur dikenal memiliki berbagai wawasan luas terkait dunia di luar agama. Karena ia sangat menyukai membaca buku sejak kecil. Yang pada akhirnya kecerdasan dan wawasan luas itu berhasil membawa beliau ke puncak kekuasaan tertinggi di Indonesia.

Abdurrahman Wahid : Biografi Lengkap Dan Presiden RI Ke-4

  • Nama Lahir : Abdurahman Wahid
  • Nama Populer : Gus Dur
  • Tempat, Tanggal Lahir : Jombang. 04 Agustus 1940
  • Wafat : 30 Desember 2009 ( Usia 69 tahun )
  • Agama : Islam
  • Nama Istri : Sinta Nuriyah
  • Nama Anak : Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid (Yenny Wahid), Inayah Wulandari,       Alissa Qotrunnada, Anita Hayatunnufus
  • Nama Orang Tua : Abdul Wahid Hasyim (Ayah), Siti Sholehah (Ibu)

Biografi Gus Dur Selama Hidup

Gus Dur kecil saat itu banyak mendapatkan bimbingan dan peran dari sang kakek. Ia tinggal, dibesarkan, dan belajar pertama kali dididik oleh sang kakek. Pada usia yang menginjak 5 tahun, ia sudah fasih mengaji dan membaca Al-Qur’an dengan baik. Gus Dur sempat berpindah ke Jakarta bersama keluarga. Di Jakarta di mulai sekolah di sekolah formal dan belajar bahasa Belanda.

Baca juga : Joko Widodo

Seorang guru bahasanya yang berasal dari Jerman mulai memperkenalkan kepada Gus Dur banyak hal. dan berkat Gus Dur pula sang guru memeluk agama Islam. Dari banyak hal yang diajarkan maka Gus Dur mulai mengenal beberapa seni seperti menari, musik klasik yang kemudian mengantarkannya pada dunia luar.

Gus Dur begitu menerima setiap ajaran baru baik itu mengenai dunia luar maupun negara Indonesia sendiri. Tidak peduli ilmu aliran apa yang diberikan, ia akan mempelajari selagi menurutnya itu baik dan bermanfaat. Gus Dur juga pernah mengenyam pendidikan dan lulus Sekolah Dasar dan dipindahkan ke SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Yogyakarta.

Gus Dur memiliki kecerdasan yang baik dalam penguasaan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Karena ia senang menggali informasi, mulai dari membaca buku penulis internasional sampa dirinya juga aktif mendengar berita internasional.

Pernah Gus Dur mendapat sebuah buku berjudul ‘What is To Be Done’ karya Lenin dari gurunya. Dan saat remaja, Gus Dur sudah mengenal dan memahami buku tokoh Marxisme, Karl Marx, yang berjudul Das Kapital. Ia juga senang membaca buku para Filsuf dan memahami filsafat dengan sangat baik.

Karena wawasannya yang tidak terbatas hanya pada ilmu agama itulah yang membuat dirinya sangat mudah beradaptasi dengan dunia luar dan membuat pikirannya terbuka mengenai perbedaan. Sampai – sampai ia meneruskan pendidikan ke Mesir bahkan ia pernah mencoba untuk masuk ke universitas di Eropa dengan jurusan kajian ilmu klasik. Namun sayang keinginannya tidak terwujud karena persyaratan ketat yang mengharuskan ia menguasai bahasa Hebraw atau Yunani.

Baca juga : Susilo Bambang Yudhoyono

Kehidupan pernikahan Gus Dur menikah Ibu Sinta Nuriyah yang dikaruniai empat orang putri yaitu Alissa Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Salah satu putri beliau yaitu Yenny aktif dalam dunia politik di PKB dan menjabat Direktur The Wahid Institute sampai saat ini.

Gus Dur Cucu Pendiri Nahdatul Ulama

Gus Dur Cucu Pendiri Nahdatul Ulama
Gus Dur Cucu Pendiri Nahdatul Ulama

Dibalik kesuksesan yang Gus Dur dapatkan, ternyata ada kisah sejarah garis keturunan yang berkualitas. Karena Gus Dur sendiri merupakan putra pertama dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim di Jawa Timur. Kakek dari ayahnya dikenal dengan nama KH. Hasyim Asyar. Kakeknya adalah salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), serta kakek dari pihak ibu, yaitu KH Bisri Syansuri, seorang pengajar di pondok pesantren.

Ayah Gus Dur sendiri yaitu KH Wahid Hasyim aktif berpartisipasi dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada tahun 1949. Ibunya, Hj. Sholehah merupakan seorang putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid

Pada bulan April 1953, sang ayah meninggal dunia karena kecelakaan mobil yang terjadi. Dan Gus Dur merasa kehilangan sosok yang paling memberikan ia banyak pengetahuan dan juga wawasan. Gus Dur kemudian tetap melanjutkan pendidikannya pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan sempat tidak naik kelas.

Baca juga : B. J. Habibie

Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan. Pada tahun 1957 Gus Dur meneruskan sekolah di Yogyakarta atas permintaan sang ibu. Dan setelah lulus SMP, ia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren yang ada di Tegalrejo.

Ia menyelesaikan pendidikan di pesantren dalam waktu dua tahun saja yang seharusnya empat tahun.

Sejarah Pendidikan Yang Ditimba Gus DuR

  • Tahun 1957-1959, Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah
  • Tahun 1959-1963, Pesantren Tambak Beras, Jombang Jawa Timur
  • Tahun 1964-1966, Fakultas Syari’ah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
  • Tahun 1966-1970, Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab, Universitas Baghdad, Irak

Jenjang Karir Gus Dur

Gusdur
Gusdur

Tahun 1984-2000

Gus Dur menjadi Ketua Dewan Tanfiz PBNU, peran sebagai Ketua Dewan Tanfiz PBNU ini ia jalankan sangat baik dan mendapat banyak dukungan

Tahun 1987-1992

Gus Dur menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia yang merupakan lembaga keagamaan tertinggi di Indonesia. Memiliki peran sebagai dewan untuk pembuatan fatwa oleh para ulama dan umara’ di Indonesia.

Tahun 1989-1993

Gus Dur menjabat sebagai perwakilan umat dengan terpilih sebagai Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Dengan berperan untuk mengkaji permasalah umat yang ada di Indonesia.

Tahun 1991-2001

Gus Dur mendapat mandat untuk menjadi presiden Republik Indonesia ke 4 yang di usung oleh Partai Kebangkitan Bangsa sebagai partai politik yang ada di belakangnya. Selama menjadi Presiden dirinya banyak melakukan  bentuk reformasi terhadap kebijakan yang sebelumnya yang dianggap kurang pas dengan kondisi sosial masyarakat di Indonesia masa itu.

Abdurrahman-Wahid Di Lantik Jadi Presiden
Abdurrahman-Wahid Di Lantik Jadi Presiden

Gus Dur Turun Tahta

Pada Januari 2001, serta merta Gus Dur mengumumkan jika tahun Baru Cina atau Imlek menjadi hari libur secara opsional. Dan hal tersebut diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Dan pada tanggal 23 Juli 2001, Gus Dur diminta oleh MPR untuk lengser dan selanjutnya kursi kepemimpinan dirinya diganti oleh Megawati Soekarnoputri.

Sempat pada Pemilu April 2004 PKB mencalonkan kembali Gus Dur untuk menjadi calon Presiden kembali. Namun, pada saat pemeriksaan medis dilakukan Gus Dur dinyatakan ditolak oleh KPU untuk mencalonkan kembali.

Baca juga : Prabowo Subianto

Pada bulan Agustus 2005, Gus Dur bersama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu seperti Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan juga Megawati mengkritik adanya kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, mengenai pencabutan subsidi BBM.

Gus Dur Meninggal Dunia

Sosok seorang Gus Dur yang dikenal dengan kontroversi namun tetap bersahaja menutup mata pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pada pukul 18.45. Ia menderita berbagai komplikasi penyakit, yaitu jantung dan juga gangguan ginjal yang sudah dideritanya sejak lama.

Penghargaan Yang Diperoleh Gus Dur

  • Pada 1993, Gus Dur menerima penghargaan Ramon Magsaysay Award untuk kategori kepemimpinan sosial.
  • tanggal 10 Maret 2004 ia ditahbiskan sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok.
  • Pada 11 Agustus 2006, Gus Dur menerima Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006.
  • Penghargaan dari Simon Wiethemthal Center sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang penegakan HAM karena Gus Dur dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli dengan persoalan HAM.
  • Gus Dur menerima penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena ia dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas.
  • Penghargaan dari Universitas Temple yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi di Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.

Semoga penjelasan mengenai sejarah dan biografi Gus Dur menjadi pengetahuan untuk Anda.