Sejarah Pesawat AirAsia Maskapai Penerbangan Termurah

Maskapai yang berkembang di Indonesia sendiri tidak bisa dibilang sedikit, mulai banyak maskapai baik itu dari brand lokal dan juga luar  negeri mulai mengembangkan sayap bisnisnya di Indonesia. Salah satunya yaitu AirAsia yang sebelumnya Air Wagon International (AWAIR). AirAsia merupakan salah satu maskapai  yang mengedepankan layanan penerbangan dengan biaya rendah. Awal kemunculannya sebagai AWAIR pada tahun 1999 yang disahkan oleh Abdurrahman Wahid yang memiliki 40% saham di maskapai tersebut yang kemudian beliau lepaskan saat terpilih menjadi presiden Republik Indonesia pada tahun yang sama.

Kemudian pada tahun kemudian tepatnya pada tanggal 22 Juni 2000 maskapai ini mulai mengudara dengan menggunakan pesawat Airbus 300/310. Namun, pada Maret 2002 semua penerbangannya dihentikan dan mulai beroperasi kembali pada Desember 2004 sebagai AirAsia. Nah, untuk mengetahui mengenai sejarah dari maskapai ini, simak penjelasannya di bawah ini:

Sejarah AirAsia

AirAsia sendiri awalnya adalah maskapai penerbangan milik Pemerintah Malaysia yang dibeli oleh ekskutif Time Warner, yaitu Tony Fernandes, dengan harga RM 1 pada 2 Desember 2001. Setahun dipegang oleh Tony, perseroan langsung meraup laba berkat terobosan layanan penerbangan yang berbiaya murah  atau low cost carrier/LCC yang tidak banyak pesaingnya pada saat itu.

Baca juga : Sejarah Pesawat Garuda Indonesia

Dalam waktu yang cepat, AirAsia melalui tagline perusahaannya “Now Everyone Can Fly” berhasil membuat jaringan penerbangan yang cukup luas karena kehadirannya diterima oleh banyak penumpang pesawat dari berbagai negara. Tidak hanya menjelajah Asia, maskapai dengan warna merah ini juga melaju pada rute penerbangan ke beberapa kota di Eropa.

Sejalan dengan ekspansi perusahaan tersebut, maka AirAsia mendirikan anak usaha di Indonesia pada 2004 dengan mengakuisisi PT Air Wagon Internasional (AWAIR). Dimana AWAIR telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1999 untuk beberapa rute penerbangan domestik. Namun, karena persaingan sangatkah ketat pada bisnis aviasi, AWAIR hanya bertahan setahun dan gulung tikar pada tahun 2000.

Pesawat AirAsia
Pesawat AirAsia

Baca juga : Sejarah Pesawat Lion Air

Pada tanggal 1 Desember 2005, AWAIR resmi mengubah nama menjadi Indonesia AirAsia yang mulai melayani perjalanan di wilayah nasional. Beberapa waktu kemudian, AirAsia mengembangkan usahanya dengan nilai saham sebesar 49% AirAsia Berhard dan 51% Fersindo Nusaperkasa. Pada tahun 2011, perusahaan tersebut menunjuk CIMB Securities Indonesia dan Credit Suisse Securities Indonesia sebagai penjamin perusahaan bersama tersebut.

Saat memutuskan mengakuisisi AWAIR, Tony Fernandes lalu mengajak beberapa pengusaha lokal untuk membelinya. Sehingga komposisi kepemilikan saham ketika beroperasi pertama kali pada 1 Desember 2005 menggunakan nama PT Indonesia AirAsia, dimana terdiri dari 49 persen dimiliki oleh AirAsia International Limited kemudian pemegang saham lokalnya adalah Pin Harris sebesar 20 persen, Sendjaja Widjaja sebesar 21 persen dan PT Fersindo Nusaperkasa sebesar 10 persen.

AirAsia
AirAsia

Dalam perkembangan perusahaan, pemegang saham lokal Indonesia AirAsia diwajibkan untuk membentuk perusahaan bersama untuk menggabungkan kepemilikan saham yang tersebar pada tiga pihak. Hal tersebut dengan memenuhi ketentuan Pasal 108 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang mewajibkan salah satu pemegang modal nasional harus tetap lebih besar daripada pemegang modal asing.

Baca juga : Sejarah Pesawat Citilink

Tanggal 26 Juli 2012 AirAsia kemudian membeli Batavia Air dan diakusisi, namun sempat menimbulkan beberapa kontroversi. Pada tanggal 11 Oktober 2012 dari hasil menjalin kesepakatan antara AirAsia Berhard, Fersindo Nusaperkasa dan PT Metro Batavia sempat terjadi rencana pembatalan pengambilalihan antara Batavia dan AirAsia. Namun, hal tersebut diumumkan dengan rencana akan melanjutkan sistem aliansi ground handling yang meliputi distribusi juga persediaan di Indonesia. Dan pada akhirnya Batavia dan AirAsia mengumumkan rencana membentuk perusahaan yang menyediakan pusat pelatihan pilot untuk Indonesia.

Kendati saham mayoritas Indonesia AirAsia dipegang oleh investor domestik, namun tetap kendali manajemen tersebut dipegang oleh induk perusahaannya yang ada di Malaysia. Hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana tunduknya manajemen perusahaan kepada Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS AirAsia Berhad yang menentukan strategi pengembangan bisnis setiap kuartalnya. Namun, untuk operasional maskapai, AirAsia tunduk dan patuh pada regulasi yang berlaku di Indonesia.

Baca juga : Wawasan Nusantara

Selain Thai AirAsia, di Indonesia juga terdapat perusahaan AirAsia yaitu Indonesia AirAsia yang melayani rute penerbangan dari Jakarta ke Yogyakarta, Denpasar untuk tujuan lokal, dan dari Surabaya ke Medan untuk rute domestik lainnya. Selain itu penerbangan dilakukan keluar Indonesia melalui kota besar seperti Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Solo, Balikpapan dan Makassar.

Airasia Rute Perjalanan terbanyak
Airasia Rute Perjalanan terbanyak

Pada hari kamis 17 November 2011 terminal AirAsia di bandara Soekarno Hatta, Indonesia secara resmi berpindah dari terminal 2 menjadi terminal 3. Di mana penerbangan domestik maupun internasional dapat dilayani, namun sejak Agustus 2016 kembali dipindah ke terminal 2. Sekarang, AirAsia Indonesia melayani sejumlah 26 rute dengan 52 penerbangan yang terkoneksi melalui lima bandara penghubung seperti Cengkareng, Bandung, Denpasar, Surabaya, dan Medan.

Peristiwa Kecelakaan Yang Terjadi Pada AirAsia

Tanggal 28 Desember 2014, Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 jenis Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC, Jurusan Surabaya-Singapura yang mengangkut sebanyak 155 penumpang, dinyatakan hilang kontak dari radar. Pesawat yang lepas landas pada 05.20 WIB dari Bandara Juanda, Surabaya, menuju Bandara Changi, Singapura tersebut dilaporkan hilang kontak pada pukul 07.10 WIB. Dan belum diketahui penyebabnya, pesawat diduga hilang kontak di sekitar perairan Belitung Timur.

Airbus A320-200 Kecelakaan Airasia
Airbus A320-200 Kecelakaan Airasia

Baca juga : Joko Widodo

10 Januari 2011, AirAsia AK 5218 mengalami tergelincir dari landasan pacu Bandar Udara Internasional Kuching. Sejumlah 4 orang mengalami cedera ringan sehingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Sarawak untuk mendapat perawatan medis.

28 Desember 2014, AirAsia QZ8501, berangkat dari kota Surabaya dari Bandara Juanda menuju ke Bandara Changi, Singapura mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Laut Jawa pada kedalaman kurang lebih dari 30 meter. Dimana seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 162 dinyatakan tewas.

Baca juga : Bj Habibie

30 Desember 2014, AirAsia Zest Z2272 mengalami tergelincir di Bandara Internasional Kalibo, Filipina.  AirAsia Z2272 merupakan pesawat jenis Airbus A320 dengan rute Manila ke Bandara Internasional Kalibo.  Peristiwa ini disebabkan karena adanya badai tropis Seniang. Dan tidak ada korban dalam peristiwa tersebut.

Penghargaan Yang Diperoleh AirAsia

Pelayanan AirAsia
Pelayanan AirAsia

Berikut ini beberapa penghargaan yang diperoleh oleh AirAsia:

  • TTG Travel Awards kategori maskapai penerbangan tarif rendah terbaik di Asia,
  • Maskapai Penerbangan Tarif Rendah Terbaik di Dunia
  • Maskapai Penerbangan Tarif Rendah Terbaik se-Asia dari Skytrax
  • Maskapai Penerbangan Asing untuk Kargo Tumbuh Paling Cepat dari Bandara Internasional Guangzhou Baiyun
  • Maskapai Penerbangan Tarif Rendah Terbaik di Dunia dari ATW
  • Maskapai Penerbangan Asing untuk Kargo Tumbuh Paling Cepat dari Bandara Internasional Guangzhou Baiyun pada tahun 2011

Demikian beberapa ulasan mengenai sejarah singkat mengenai maskapai AirAsia yang bisa Anda ketahui. Semoga menjadi pengetahuan dan wawasan baru Anda.