Kota Samarinda merupakan Ibukota Kalimantan Timur, jika di Balikpapan menjadi pintu gerbang akses menuju Kalimantan Timur, maka Samarinda menjadi pintu gerbang akses menuju ke pedalaman Kalimantan Timur. Kota Samarinda memiliki sebuah sungai yang membelah kota tersebut, sungai yang bernama adalah Sungai Mahakam. Di bagian seberang sungai dinamakan daerah “Samarinda Seberang”.
Kota Samarinda juga memiliki kemiripan dengan beberapa kota yang ada di Kalimantan Timur, Kota Samarinda kaya akan hasil bumi seperti minyak, tambang batu bara, pasir kuarsa, selain itu pertanian juga tumbuh dengan pesat di kota ini, tidak ketinggalan pariwisata juga mulai digalakkan sebagai salah satu devisa daerah Samarinda. Mengenal sejarah berdirinya kota Banjarmasin yang patut diketahui, berikut penjelasannya:
Baca juga : Sejarah Kota Jambi
Daftar Isi
Sejarah dan Perkembangan Kota Samarinda
Samarinda pada zaman dahulu yaitu salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Di wilayah tersebut belum ada desa atau pun kota sampai pertengahan abad ke-17, dulunya wilayah Samarinda merupakan lahan persawahan bagi beberapa penduduk. Lahan persawahan juga perladangan hanya berpusat di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan sungai Karang Asam. Asal kata Samarinda dari bahasa Sansekerta, yaitu “Samarendo” yang artinya selamat sejahtera. Versi lainnya berdasarkan cerita rakyat bahwa nama Samarinda berasal dari bahasa Melayu dari kata “samar” dan “indah”.
Menjelang akhir abad ke-20 atau sekitar dekade 1980-an warga masih menyebut Samarinda dengan lafal “Samarenda” pengucapan huruf “e” seperti pada kata “beta” walaupun dalam bahasa penulisannya sudah berubah menjadi “Samarinda” saat ini.
Pada tahun 1668, rombongan orang Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona yang bergelar dengan “Pua Ado”. Melakukan perjalanan dari Kesultanan Gowa ke Kesultanan Kutai. Mereka bermaksud untuk hijrah menuju Kesultanan Kutai karena mereka tidak mau tunduk dan patuh terhadap Perjanjian Bongaya, tidak lama setelah Kesultanan Gowa kalah akibat diserang oleh pasukan Belanda.
Kedatangan orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai. Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, karena daerah dianggap cukup baik untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan, dengan perjanjian bahwa orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama dalam menghadapi musuh.
Baca juga : Sejarah Kota Surabaya
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus, namun daerah ini menimbulkan hambatan di dalam pelayaran karena memiliki arus putar serta sarat dengan kotoran sungai. Sekitar tahun 1668, Sultan Kerajaan Kutai memerintahkan La Mohang Daeng Mangkona bersama pengikutnya yang berasal dari Sulawesi membuka perkampungan di Tanah Rendah. Pembukaan perkampungan dengan tujuan Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal Filipina yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara.
Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama dengan Sama Rendah. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, memiliki derajat yang sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya. Ini tercermin dalam pembuatan Rumah rakit yang di bangun di atas air, memiliki syarat yang harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya. Sebagai lambang tidak ada perbedaan derajat antara bangsawan maupun rakyat biasa. Lokasinya berada di sekitar muara sungai yang berulak dan di kiri kanan sungai daratan atau rendah. Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan dengan Samarenda dan ejaan ini berubah menjadi “Samarinda”.
Hari jadi Kota Samarinda diperingati setiap tanggal 21 Januari 1668 yang merupakan hari awal kedatangan orang suku Bugis Wajo di pemukiman muara Karang Mumus. Dan lambang Kota Samarinda adalah Pesut Mahakam.
Baca juga : Sejarah Kota Manokwari
Geografi Kota Samarinda
Kota Samarinda berada di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°21’81″–1°09’16” Lintang Selatan dan 116°15’16″–117°24’16” Bujur Timur. Luas wilayah Kota samarinda secara keseluruhan mencapai 718 km² atau 71.800 Ha, dengan ketinggian 10.200 Cm di atas permukaan laut. Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Temperatur udara mencapai 22°C – 32°C dengan curah hujan mencapai per tahun 2.345 Mm, sedangkan kelembaban udara yaitu 81,4%. Sesuai dengan kondisi iklim di Kota Samarinda yang tergolong dalam tipe iklim tropika humida, jenis tanah yang terdapat di daerah inipun tergolong ke dalam tanah yang bereaksi masam.
Baca juga : Sejarah Kota Jayapura
Peninggalan Sejarah Kota Samarinda
Berikut beberapa peninggalan sejarah kota Samarinda yang perlu diketahui:
- Desa Pampang adalah sebuah desa budaya yang berlokasi di Sungai Siring, Kota Samarinda, Kalimantan Timur yang merupakan objek wisata andalan di kota Samarinda.
- Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda yaitu jenis kain tenunan tradisional yang bisa didapatkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin yang disebut Gedokan.
- Masjid Shiratal Mustaqiem adalah masjid tertua di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, tepatnya di kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang. Masjid yang dibangun pada tahun 1881 pernah menjadi pemenang ke-2 dalam Festival masjid bersejarah di Indonesia pada tahun 2003.
- Wisata ziarah di kota ini adalah Makam La Mohang Daeng Mangkona, pendiri Kota Samarinda.
- Goa Maria di Rumah Retret Bukit Rahmat, Loa Janan menjadi goa agama di kota Samarinda.
Baca juga : Sejarah Kota Jakarta
Wisata Kota Samarinda
Berikut ini beberapa destinasi wisata yang bisa dikunjungi selama di kota Samarinda:
- Tempat Wisata Pulau Kumala Samarinda, memiliki taman rekreasi dengan kurang lebih 10 wahana permainan.
- Wisata Air Terjun Pinang Seribu Samarinda, adalah tempat wisata alam Air Terjun Pinang Seribu. Air terjun ini berada di Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara.
- Pulau Beras Basah Samarinda, yaitu pulau ini tidak terletak tepat di Kota Samarinda namun menjanjikan keindahan alam.
- Tempat Wisata Air Terjun Tanah Merah yang berada di Dusun Purwosari, Samarinda Utara ini memiliki ketinggian 15 meter. Uniknya, air yang mengalir di air terjun ini terlihat jernih. Namun ketika air sudah menuju hilir, warna air akan berubah menjadi keruh kemerahan.
- Kebun Raya Unmul Samarinda yang merupakan tempat wisata Samarinda yang dipunyai Universitas Mulawaman dan telah terbuka untuk khalayak umum.
- Desa Pampang adalah salah satu desa budaya untuk kamu yang ingin tahu tentang budaya lokal di Samarinda. Tempat wisata Samarinda yang dihuni Suku Dayak Kenyah.
- Taman Rekreasi Lembah Hijau. Tempat wisata ini merupakan kombinasi antara wisata alam dan berbagai sajian atraksi menarik.
- Tjius palace yaitu salah satu tempat wisata Samarinda untuk keluarga yang memiliki banyak wahana hiburan seperti kolam pemancingan ikan, sepeda air (dengan bentuk yang unik dan lucu.
- Kampung Tenun Samarinda, Salah satu ciri khas Kota Samarinda adalah kain tenun dengan corak kotak – kotak yang indah.
- Tepian Mahakam, yaitu aliran sungai yang mengarungi sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, dan Kota Samarinda.
Demikianlah beberapa penjelasan singkat sejarah kota Samarinda yang bisa kamu ketahui dan semoga menjadi manfaat dan wawasan pengetahuan.