Sejarah Kota Medan, Kota ke-3 Populasi Penduduk Terbesar

Sejarah Kota Medan terbentang begitu panjang sebelum akhirnya menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia, setelah  Kota Jakarta dan Surabaya. Bahkan, ibukota Provinsi Sumatera Utara ini pada tahun 1590 telah memiliki pelabuhan yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru Nusantara dan  mancanegara.

Dahulu saat masih bernama Tanah Deli, luas wilayah kota ini sekitar 4.000 hektar dengan kondisi tanah berawa-rawa. Tidak banyak bukti sejarah yang bisa dijadikan rujukan untuk menceritakan kondisi Tanah Deli kala itu.

Baca juga ; Sejarah Kota Daerah Istimewa Yogyakarta

Hanya saja, di wilayah ini pernah berdiri sebuah pemerintahan bernama Kerajaan Haru yang sering terlibat pertempuran dengan Kesultanan Aceh, dengan kerajaan-kerajaan Melayu dan kerajaan-kerajaan di tanah Jawa.

Sejarah Kota Medan, Kota ke-3 Populasi Penduduk Terbesar

Pada akhirnya wilayah kekuasaan Kerajaan Haru berhasil dikuasai oleh Kesultanan Aceh yang mengirimkan panglima perangnya bernama Gocah Pahlawan untuk memegang kendali pemerintahan di Tanah Deli. Sejak saat  itulah Kerajaan Haru lenyap diganti Kesultanan Deli.

kota medan
kota medan

Sejarah Berdirinya Kota Medan

Tidak berbeda halnya dengan jejak sejarah Kerajaan Haru, bukti tertulis dari sejarah Kota Medan juga relatif terbatas untuk bisa dijadikan rujukan. Hanya saja dalam sebuah manuskrip “Riwayat Hamparan Perak” yang ditulis pada rangkaian bilah bambu menggunakan Huruf Karo, diceritakan bahwa pendiri Kota Medan adalah Guru Patimpus.

Dalam naskah tersebut tertulis bahwa Patimpus adalah putra dari Pemimpin Karo bernama Tuan Si Raja Hitam yang tinggal di Kampung Pekan. Meski anak seorang raja, dia tidak mau menggantikan ayahandanya dan lebih memilih untuk belajar berbagai macam ilmu pengetahuan termasuk ilmu mistik sehingga dia lebih dikenal dengan sebutan Guru Patimpus.

Baca juga ; objek wisata candi jogja

Setelah kalah dalam adu kesaktian, Guru Patimpus memeluk agama Islam dan belajar tentang Keislaman pada Datuk Kota Bangun sekitar tahun 1614 – 1630. Selanjutnya dia menikah dengan adik dari pemimpin Pulau Brayan dan membuka sebuah desa yang lokasinya diantara Sungai Deli dan Sungai Babura. Desa tersebut diberi nama Desa Medan Putri yang merupakan cikal bakal sejarah Kota Medan.

Lokasi Desa Medan Putri yang strategis karena berada di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura itulah yang membuatnya berkembang dengan pesat karena digunakan sebagai jalur lalu lintas perdagangan.

Sejarah Kota Medan pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda

Sejarah Kota Medan mulai dapat dibaca dengan terang benderang pada masa pemerintahan kolonial Belanda, karena banyak bukti-bukti tertulis yang menceritakan kondisi Kota Medan kala itu.

Sebagaimana tertulis dalam catatan sejarah Kota Medan, sekitar tahun 1863 para pengusaha Belanda banyak yang membuka perkebunan di Deli dengan komoditas utama tembakau, karena tembakau yang ditanam di Deli ternyata memiliki kualitas terbaik di dunia untuk bahan pembuat cerutu. Sejak saat itulah pertumbuhan perekonomian di Desa Medan Putri  berkembang dengan pesat.

kota medan tempo dulu
kota medan tempo dulu

Selanjutnya pada tahun 1865 Sultan Deli membuat Perjanjian Tembakau dengan Belanda dan menyerahkan tanah seluas kurang lebih 3 hektar untuk dikelola oleh Belanda guna dijadikan sebagai perkebunan tembakau.

Belanda pun mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang berkantor di Labuhan sebelum akhirnya dipindah ke Medan Putri. Tidak hanya kantor perusahaan saja yang kemudian dipindahkan ke Medan Putri, tapi juga kantor pemerintahan.

Hal tersebut disebabkan karena tembakau benar-benar booming dan Deli dijuluki het dollar land atau tanah uang yang berdampak pada pesatnya arus perdagangan dan perekonomian di Desa Medan Putri.

Perpindahan pusat pemerintahan ke Medan Putri diawali pada tahun 1879 dengan dipindahkannya Ibukota Asisten Residen Deli yang semula berada di Labuhan. Disusul ibukota Residen Sumatera Timur yang semula berada di Bengkalis.

istana maimun kota medan
istana maimun kota medan

Kemudian Istana Kesultanan Deli yang semula berlokasi di Kampung Bahari Labuhan, pada tanggal 18 Mei 1891 pindah ke Istana Maimoon yang berada di Medan Putri. Sehingga pusat pemerintahan Kesultanan Delipun saat itu pindah ke Medan Putri.

Dalam catatan sejarah Kota Medan juga tertulis bahwa Residensi Sumatera Timur sejak tahun 1915 ditingkatkan statusnya menjadi Gubernemen, lalu ditahun 1918 Desa Medan Putri yang telah berubah menjadi Kota Medan ditetapkan sebagai Gemeente atau Kota Praja yang dipimpin oleh seorang walikota. Dengan melihat masa lalu dari sejarah Kota Medan, secara historis kota ini sejak awal memang telah menjadi pusat perdagangan. Sehingga tidak heran jika kini Medan menjadi pintu gerbang Indonesia bagian Barat. Terlebih dengan hadirnya Bandara Internasional Kualanamu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia ditambah keberadaan Pelabuhan Belawan.