Kota Manokwari dicatat sebagai daerah pertama adanya Injil di Papua, karena berdasarkan sejarah perkabaran Injil, dua orang Penginjil yaitu C. W. Ottow dan J. G. Geissler dengan menumpang kapal Ternate berhasil mendarat di Pulau Mansinam atau Teluk Doreri dan dari Pulau Mansinam yang kemudian kedua Penginjil tersebut memberitakan Injil ke seluruh dataran Papua.
Secara etimologi, kata ”Manokwari” berasal dari bahasa Biak Numfor yang artinya ”Kampung Tua”. Dinamakan demikian karena selain dikenal sebagai Kota Bersejarah di Papua dan tempat dimulainya peradaban di Papua ketika pada tanggal 5 Februari 1855 Injil diberitakan pertama kali di sini oleh dua orang misionaris berkebangsaan Jerman, yaitu Carel Willem Ottow dan Johann Gotlob Geislerr, dalam sejarah, Kabupaten Manokwari tercatat sebagai Kota Pemerintahan Tertua di Papua.
Baca juga : Sejarah Kota Jayapura
Daftar Isi
Sejarah dan Perkembangan Kota Manokwari
Sejarah tentang Irian jaya dimulai pada abad ke VII. Pada abad tersebut diberitakan bahwa pedagang sriwijaya yang sampai di daerah ini dan menyatakan bahwa Irian Jaya termasuk wilayah kerajaan Sriwijaya yang mereka beri nama Janggi. Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Irian Jaya untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung cendrawasih.
Didalam Kitab Negara Kertagama yang di tulis oleh Mpu Prapanca tahun 1365 Irian Jaya adalah termasuk wilayah Majapahit kedelapan. Suku – suku bangsa di Irian Jaya sejak dahulu sudah mempunyai hubungan dengan suku – suku bangsa di bagian Barat, seperti kerajaan Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku.
Daerah tersebut meliputi pulau Raja Ampat wilayah Kabupaten Sorong saat ini, serta daerah Fakfak dan sepanjang pesisir Teluk Bintuni wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Manokwari sekarang.
Bangsa Barat yang mulanya melihat pantai Utara Irian adalah dua orang pelaut portugis Antonio D. Anease dan Fransisco Sorreano pada tahun 1511, dalam pelayarannya mencari rempah – rempah. Kata Papua berasal dari bahasa melayu kuno yaitu “Papuwah” yang berarti orang berambut keriting. Orang pertama yang memberi nama New Guiena pada pulau Irian yaitu ynigo Ortis De Restes, ketika ia berlabuh di muara sungai membramo di pantai Utara Irian. Ynigo Ortis De Retes menamakan dengan nueva Guinea, karena melihat penduduknya yang berkulit hitam seperti penduduk pantai Afrika Barat.
Baca juga : Sejarah Kota Jakarta
Nama Irian di usulkan oleh Frans Kaisiepo dalam konverensi Malino pada tahun 1946 dan nama ini kemudian dipakai oleh bangsa Indonesia sampai sekarang.
Sampai abad ke XIX Daerah Irian Jaya masih dianggap sebagai wilayah yang gelap, karena penduduknya masih dianggap kafir dan menyembah kepada berhala yang telah berakar berabad – abad lamanya.
Mengingat bahwa daerah Irian Jaya pada waktu itu masih berada dibawah pengaruh kerajaan ternate, Tidore dan Bacan, Kedua penginjil itu memilih Ternate sebagai tempat tujuan antara sebelum masuk ke Irian Jaya.
Tepat tanggal 5 Februari 1855, kedua penginjil itu mendaratkan kakinya di pulau mansinam atau Teluk Doreri, dengan ucapan “ Dengan nama ALLAH, kami menginjak tanah ini.”
Dari Mansinam Manokwari yang kemudian berita Injil tersebut diberitakan ke seluruh daratan Irian Jaya. Dan berdasarkan sejarah pekabaran Injil tersebut , maka manokwari maka kota manokwari merupakan kota pertama masuknya Injil di Irian Jaya. Diantara banyaknya bangsa – bangsa yang pernah datang ke Irian Jaya, bangsa belandalah yang berhasil menguasainya.
Karena pengaruh kekuasaan Belanda lebih kuat dari kesultanan Tidore atas Irian Jaya, maka terpaksa sultan Tidore menerima kehendak belanda dengan satu perjanjian penyerahan wilayah berbentuk “korte verklaring” pada tanggal 3 juni 1909.
Sekalipun sejak tahun 1898 Irian jaya sudah dianggap daerah jajahan belanda namun kekuasaan yang sebenarnya baru terwujud pada akhir abad ke XIX. Hari jadi Kota Manokwari yang jatuh pada tanggal 8 November 1898 dilatarbelakangi oleh peristiwa dibentuknya pos pemerintahan pertama di Manokwari oleh Pemerintahan Hindia Belanda.
Baca juga : Sejarah Kota Bengkulu
Setelah kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 maka sejak saat itu secara sah dan diakui oleh dunia luar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah dari sabang sampai Merauke.
Namun perjuangan untuk mengembalikan Irian jaya antara tahun 1950 dan 1953 terus dilakukan, terutama melalui meja perundingan secara bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia – Belanda. Setelah usaha tersebut terbukti tidak membawa hasil, maka sejak tahun 1954 diikuti pembatalan secara sepihak persetujuan KMB oleh Indonesia pada tahun 1956.
Perjuangan untuk mengembalikan Irian Jaya kini didasarkan pada kekuatan rakyat Indonesia sendiri. Dari hasil perjuangan ini pula melahirkan undang – undang nomor 1956, tentang pembentukan Provinsi Irian Barat perjuangan oleh kabinet Ali Sastroamidjojo, Moh. Roem dan Idam Chalid hasil pemilu I tahun 1955.
Peresmian pembentukan Provinsi Irian Barat perjuangan dilakukan bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 39 pada tanggal 17 Agustus 1956, meliputi wilayah Irian Barat yang masih diduduki oleh Belanda dan daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, serta Wasile di Maluku Utara. Sebagai Gubernur pertama diangkat Sultan Tidore, Zainal Abidin Syah, yang berkedudukan di Soasiu dan pelantikannya dilakukan pada tanggal 23 September 1956.
Baca juga : Sejarah Kota Pangkalpinang
Geografis Kota Manokwari
Manokwari menjadi kabupaten dan ibu kota Provinsi Papua Barat, Indonesia. Manokwari juga menjadi ibu kota Kabupaten Manokwari. Kabupaten ini memiliki luas wilayah yaitu 1.556,94 km².
Peninggalan Sejarah Kota Manokwari
Banyak peninggalan bersejarah terkait keberadaan Ottouw-Geissler yang dapat ditemui di Pulau Mansinam. Mulai dari sebuah salib tugu peringatan masuknya Injil di tanah Papua, mempunyai prasasti bertuliskan bahasa Jerman dengan penjelasan bahwa Ottouw-Geissler adalah misionaris pertama yang tiba di Mansinam pada tanggal 5 Februari 1855.
Bangunan gereja yang dulu pertama dibangun oleh Ottouw-Geissler pun masih dapat dilihat. Memang saat ini hanya tinggal pondasinya saja, tetapi sudah cukup untuk menjadi pengingat betapa gigihnya perjuangan kedua misionaris ini dalam mengenalkan dunia modern kepada penduduk lokal pada saat itu. Di samping gereja, terdapat sebuah sumur tua yang dulu dibuat oleh Ottouw-Geissler sebagai sumber air yang berguna bagi seluruh penduduk pulau. Hebatnya, sumur tua itu masih tetap digunakan sampai saat ini dan menjadi saksi penting dari sejarah peradaban di pulau Mansinam.
Dan sebuah Patung Yesus Kristus dalam ukuran raksasa akan terlihat. Patung ini adalah sebuah gagasan positif dari pemerintah Indonesia yang menjadi bentuk penghargaan terhadap sejarah peradaban Papua di Mansinam.
Tempat Wisata Kota Manokwari
Berikut ini beberapa destinasi wisata yang ada di kota Wanokwari adalah:
- Pantai Bakaro merupakan salah satu surga tersembunyi yang bisa dijangkau hanya 15 menit saja dari kota Manokwari.
- Pantai Amban, sebuah tempat wisata di Manokwari ini memiliki hamparan pasir halus berwarna kehitaman.
- Teluk Doreri, panorama dari bangkai kapal bekas perang dunia bersimbiosis dengan terumbu karang dan biota laut.
- Pantai Maruni, menjelajahi kawasan perairan dengan menyewa kapal nelayan setempat.
- Pulau Mansinan yang menyimpan nilai sejarah yang kental akan persebaran ajaran Kristen di daratan Papua.
- Danau Anggi, danau yang dinamakan Danau Anggi Ginji yang berasal dari air mata laki-laki dan Anggi Gita yang berasal dari air mata sang perempuan.
- Hutan Gunung Meja, dimana terdapat Tugu Jepang sebagai monumen peringatan pendaratan Jepang pada saat perang dunia ke-2.
- Pegunungan Wondiwoy rumah bagi tidak kurang dari 147 species burung dan aneka flora serta fauna seperti akan menemukan rumah-rumah tradisional Suku Arfak yang hidup di pedalaman Manokwari.
- Gunung Botak yang berada di Distrik Momi Waren memiliki panorama pantai dan perbukitan yang eksotis, lokasi wisata merupakan salah satu destinasi untuk berkemah dan memancing.
Demikianlah cerita dan sejarah singkat kota Manokwari beserta peninggalan dan sebagainya. Semoga artikel ini bermanfaat.