Banjarmasin menjadi salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional di Indonesia. Pulau yang terkenal dengan julukan pulau seribu sungai jelas memiliki sebuah Bandar Pelabuhan besar dan sudah puluhan tahun yang menjadi pintu keluar masuk bagi kegiatan perekonomian Pulau Kalimantan, khususnya yang ada di Kalimantan Selatan.
Kota Banjarmasin menjadi Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Tidak hanya sebagai Kota Niaga, Banjarmasin juga terkenal sebagai salah satu kota yang memiliki sejarah penghasil Intan, Ruby, dan berbagai jenis permata lainnya.
Baca juga : Sejarah Kota Palembang
Daftar Isi
Sejarah Kota Banjarmasin – Kota Seribu Sungai
Dan terdapat lebih dari 60 sungai yang mengalir di kota ini, masyarakat setempat memanfaatkan sungai sebagai moda transportasi dan tempat berlangsungnya banyak kegiatan. Semua itu tidak luput dari sejarah tempo dulu yang membuat kota Banjarmasin menjadi berkembang sampai saat ini. Untuk mengetahui sejarah lengkap kota Banjarmasin simak penjelasannya berikut ini:
Sejarah dan Perkembangan Kota Banjarmasin
Sejarah Kota Banjarmasin berawak dari sebuah perkampungan dataran rendah bernama “Banjarmasih” yang didirikan pada tanggal 24 September 1526. Pada tanggal tersebut-lah, 24 September dijadikan sebagai hari jadi Kota Banjarmasin.
Baca juga : Sejarah Kota Padang
Perahu Tambangan bersampung bengkok melengkung yang sekarang sudah punah
Banjarmasih adalah nama kampung yang dihuni oleh suku Melayu. Kampung ini terletak di bagian utara muara sungai Kuin, yaitu sebuah kawasan Kelurahan Kuin Utara dan Alalak Selatan.
Kampung Banjarmasih terbentuk oleh lima aliran sungai kecil, yaitu sungai Sipandai, sungai Sigaling, sungai Keramat, sungai Jagabaya dan juga sungai Pangeran yang semuanya bertemu membentuk sebuah danau. Kata banjar berasal dari bahasa Melayu yang artinya kampung atau juga berderet – deret seperti letak perumahan kampung berderet sepanjang tepian sungai. Banjarmasih juga merupakan kampung orang Melayu, sebutan dari dari orang Ngaju suku Barangas yang menghuni wilayah kampung sekitarnya.
Penduduk Banjarmasih dikenal sebagai Oloh Masih yang artinya orang Melayu, sebutan oleh Oloh Ngaju tersebut. Pemimpin masyarakat Oloh Masih disebut Patih Masih yang nama tidak diketahui. Ketika menjadi ibukota kerajaan tahun 1520, Banjarmasin memiliki pelabuhan perdagangan yang disebut Bandar yang letaknya di tepi sungai Martapura di sebelah hulu dari muara sungai Kelayan.
Baca juga : Sejarah Kota Pekanbaru
Pada abad ke-16 muncul Kerajaan Banjarmasih dengan raja pertama Raden Samudera, seorang pelarian yang terancam keselamatannya oleh karena pamannya Pangeran Tumenggung yang menjadi raja Kerajaan Negara Daha. Kebencian Pangeran Tumenggung terjadi saat Maharaja Sukarama masih hidup berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang kelak menggantikannya sebagai raja. Raden Samudera sendiri adalah putra dari Puteri Galuh Intan Sari, anak perempuan Maharaja Sukarama. Atas bantuan dari Arya Taranggana, mangkubumi negara Daha, Raden Samudera melarikan diri ke arah hilir sungai Barito yang saat itu terdapat beberapa kampung yaitu kampung Banjarmasih.
Kerajaan Banjarmasih berkembang pesat, Sultan Suriansyah lalu digantikan anaknya Sultan Rahmatullah tahun 1550-1570, selanjutnya Sultan Hidayatullah tahun 1570-1620 dan Sultan Musta’inbillah tahun 1520-1620. Untuk memperkuat pertahanan terhadap musuh, Sultan Mustainbillah mengundang Sorang, yaitu panglima perang suku Dayak Ngaju beserta sepuluh orang lainnya untuk tinggal di keraton. Seorang masuk Islam dan menikah dengan adik sultan, dia masih kerabat dari isteri Sultan, yaitu Nyai Siti Diang Lawai yang berasal dari kalangan suku Dayak.
Di tahun 1596, Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten. Kesultanan Banjar dihapuskan Belanda pada tanggal 11 Juni 1860, yang merupakan wilayah terakhir di Kalimantan yang masuk ke dalam Hindia Belanda. Perlawanan rakyat di pedalaman Barito baru berakhir dengan gugurnya Sultan Muhammad Seman pada 24 Januari 1905. Kedudukan golongan bangsawan Banjar sesudah tahun 1864, sebagian besar hijrah ke wilayah Barito ikut bersama Pangeran Antasari, sebagian lainnya lari ke rimba, antara lain hutan Pulau Kadap Cinta Puri, sebagian kecil dengan anak dan isteri dibuang ke Betawi, Bogor, Cianjur dan Surabaya, sebagian mati atau dihukum gantung. Sementara sebagian kecil menetap dan bekerja dengan Belanda mendapat ganti rugi tanah, walau jumlah sangat sedikit.
Baca juga : Sejarah Kota Bandung
Selanjutnya tahun 1938, Kalimantan menjadi gouvernorment Borneo yang terdiri dari Karesidenan Borneo Barat dan Karesidenan Selatan serta Timur Borneo yang beribukota di Banjarmasin dengan Gubernur A. Haga. Sejak adanya Provincial Raad mulai Agustus 1938, wakil Kalimantan dalam Volksraad adalah Pangeran Muhammad Ali, selanjutnya digantikan oleh anaknya, yaitu Ir. Pangeran Muhammad Noor tahun 1935-1938, kemudian digantikan Mr. Tajuddin Noor tahun 1938-1942.
Tanggal 17 Maret 1942, Jepang membawa Kapten van Epen kembali ke Puruk Cahu untuk melucuti dan melakukan penyerahan diri pihak militer dan pemerintahan sipil Belanda. Tanggal 18 Maret 1942, Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma diangkat sebagai Ridzie membawahi daerah untuk Banjarmasin.
Geografis Kota Banjarmasin
Kota Banjarmasin berada pada 3°15′ sampai 3°22′ Lintang Selatan dan 114°32′ Bujur Timur. Kota Banjarmasin berada di daerah kuala sungai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Tanah aluvial yang didominasi struktur lempung adalah merupakan jenis tanah yang mendominasi wilayah Kota Banjarmasin. Sedangkan batuan dasar yang terbentuk pada cekungan wilayah berasal dari batuan metaforf yang bagian permukaannya ditutupi oleh kerikil, pasir dan lempung yang mengendap pada lingkungan sungai juga rawa.
Baca juga : Sejarah Kota Medan
Kota Banjarmasin memiliki iklim tropis dimana angin muson barat bertiup dari Benua Asia melewati Samudera Hindia dan menimbulkan musim hujan, sedangkan angin dari Benua Australia adalah angin kering yang berakibat adanya musim kemarau. Curah hujan yang turun mencapai per tahunnya kurang lebih 2.400 mm dengan fluktuasi tahunan berkisar antara 1.600-3.500 mm.
Banjarmasin memiliki suku asli yang bernama Suku Banjar, selain suku banjar Banjarmasin juga dihuni oleh beberapa suku yang datang dari berbagai pulau di Indonesia seperti Suku Jawa, Suku Madura, Suku Bukit, Suku Bugis, Suku Sunda, Suku Bakumpai, Suku Bandar, dan lainnya.
Peninggalan Sejarah Kota Banjarmasin
Berikut ini beberapa peninggalan sejarah di kota Banjarmasin:
Peninggalan Kerajaan Banjar yang masih tersisa sampai saat ini adalah sebuah masjid. Masjid yang bernama Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriyansyah pada tahun 1526 – 1550.
Wisata Kota Banjarmasin
Berikut ini beberapa destinasi wisata yang bisa dikunjungi selama di kota Banjarmasin:
- Pasar Terapung Siring Banjarmasin
- Pasar Terapung Lok Baintan
- Museum Wasaka
- Waterboom Pesona Modern
- Waterboom Banua Anyar
- Aquatica Waterpark & Playground
- Masjid Raya Sabilal Muhtadin
- Masjid Sultan Suriansyah
- Taman Kamboja
- Taman Wisata Pulau Kembang
Untuk peninggalan sejarah kota Banjarmasin terbilang cukup sedikit, namun kota yang memiliki sejarah panjang di masa lalu membuat kota ini menjadi salah satu kota bersejarah yang ada di Indonesia. Ditambah lagi suku dan budaya Banjarmasin yang terbilang majemuk dan unik. Masih banyak hal menarik yang bisa dijelajahi di kota ini, dan sepatutnya kita sebagai generasi penerus untuk selalu menghargai dan mengenal sejarah setiap daerah yang ada di tanah air walau hanya sebatas pengetahuan.
Dengan demikian semoga artikel mengenai sejarah kota Banjarmasin menjadi wawasan penting untuk kalian dan bermanfaat di masa mendatang.