Berbagai Kelebihan Model Pembelajaran E-learning

Pengertian dari model pembelajaran e-learning secara sederhana dapat diartikan pembelajaran yang memanfaatkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mentransformasikan aktifitas belajar – mengajar antara pengajar dengan peserta didik.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran e-learning saat ini banyak digunakan di lembaga-lembaga pendidikan karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berikut beberapa kelebihan dari model pembelajaran e-learning:

  • Jadwal Belajar yang Fleksibel

Model pembelajaran e-learning membuat siswa dapat mengatur sendiri jadwal belajar karena didukung oleh materi yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Dengan jadwal belajar yang fleksibel membuat siswa dapat lebih fokus dalam mempelajari materi ajar karena saat belajar siswa benar-benar dalam kondisi yang siap.

  • Ritme Belajar Dapat Disesuaikan dengan Kemampuan Siswa

Sistem belajar konvensional mengharuskan siswa mengikuti ritme belajar teman-teman sekelasnya dan masih harus mengikuti target sebagaimana yang telah ditentukan oleh kurikulum.

e-learning-manfaat
e-learning-manfaat

Berbeda dengan model pembelajaran e-learning, siswa dapat menentukan ritme belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga pemahaman terhadap materi ajar benar-benar maksimal. Sebagai contoh, jika dalam mempelajari sebuah materi, siswa merasa kesulitan dengan hanya sekali baca, maka dia dapat mengulangi hingga berulangkali sampai benar-benar paham.

  • Hemat Waktu, Tenaga dan Biaya

Karena model pembelajaran e-learning dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, seperti di kantor, di rumah atau dimana saja, tanpa harus berada di dalam ruang kelas, membuat kegiatan belajar – mengajar lebih hemat waktu dan tenaga karena tidak harus menuju ke sekolah untuk dapat belajar, serta lebih hemat biaya karena tidak membutuhkan biaya transportasi.

  • Asah Kreatifitas

Salah satu kekurangan dari sistem belajar konvensional adalah adanya semacam pembiasaan agar siswa bersifat apatis. Siswa belajar dengan rujukan materi ajar sebagaimana petunjuk dari guru. Sehingga tidak jarang dalam satu semester untuk satu mata pelajaran hanya ada 1 – 2 buku ajar yang menjadi materi belajar siswa.

Berbeda halnya dengan model pembelajaran e-learning, siswa diajak untuk kreatif dengan tidak hanya belajar dari 1 – 2 buku atau 1 – 2 sumber, tapi diberi keleluasaan untuk memperkaya materi ajar sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dengan banyaknya sumber referensi yang dipelajari, membuat pengetahuan siswa semakin luas.

  • Membangun Budaya Literasi

Sistem tatap muka di dalam kelas secara tidak langsung dapat mengikis budaya literasi, karena siswa hanya dituntut untuk belajar dari 1 – 2 buku ajar dan diharuskan menghafal isi dari buku ajar tersebut.

Sebaliknya, model pembelajaran e-learning membuat siswa akan berburu materi ajar dengan membaca banyak e-book serta mempelajari materi dan berbagai sumber dan berbagai literatur, sehingga budaya membaca dengan sendirinya akan terbangun tanpa harus memaksa siswa untuk mengunjungi perpustakaan.

  • Guru Dituntut untuk Terus Belajar

Hanya guru yang berkualitas yang dapat menghasilkan siswa yang berkualitas. Ungkapan yang cukup populer tersebut hanya dapat terwujud apabila guru senantiasa mengupgrade pengetahuan yang dimilikinya dengan terus belajar. Sehingga tidak hanya siswa yang dibebani dengan kewajiban belajar tapi juga guru.

Model pembelajaran e-learning

Sistem belajar konvensional kurang memungkinkan untuk memacu guru agar senantiasa meningkatkan pengetahuan yang dimiliki. Penyebabnya karena beban mengajar lebih terfokus pada menghabiskan materi yang tertuang pada 1 – 2 buku ajar. Sehingga apabila telah menguasai 1 – 2 buku tersebut, guru merasa tidak memiliki kewajiban untuk belajar dari buku ajar atau sumber pengetahuan yang lain. Lain halnya dengan model pembelajaran e-learning. Sejak dimulainya tahun ajaran baru, guru sudah dituntut untuk terus belajar karena materi ajar tidak hanya bersumber dari 1 – 2 buku. Berbagai literatur dan sumber pengetahuan harus terus dia lalap, karena hal yang sama juga dilakukan oleh siswa. Jika guru enggan untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki, bukan tidak mungkin pengetahuannya akan kalah dari siswa. Teks efek madu Photoshop