Bhayangkara FC berada kokoh di puncak klasemen sementara Liga 1 Indonesia tahun 2017 lalu setelah mengalahkan Madura United 3-1 di Stadion Bangkalan, Madura. Berdasarkan jumlah poin yang dimiliki Bhayangkara FC setelah berhasil menumbangkan Madura United, Bhayangkara sebenarnya sudah bisa dipastikan keluar sebagai juara di kompetisi Liga 1 2017 lalu.
Masa kejayaan klub yang didirikan oleh Polri ini patut diancungi jempol, karena selain pola bertanding yang baik, pemain yang berada di lapangan menjadi salah satu poin penting sehingga membuat klub ini patut digadang sebagai juara di masa mendatang. Namun, kenyataan memang tidak semudah yang dibayangkan, dimana pada tahun 2019 ini klub Bhayangkara berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Semua itu tidak bisa dipungkiri dari sejarah yang membawa namanya tetap dikenal, berikut ini ketahuilah sejarah berdirinya klub sepak bola Bhayangkara FC di bawah ini:
Baca juga : Deltras FC
Daftar Isi
Sejarah Klub Sepak Bola Bhayangkara Fc
Bhayangkara FC salah satu klub profesional yang saat ini bermain di kasta tertinggi liga Indonesia yaitu Liga 1. Klub yang bermarkas di Bekasi, Jawa Barat. Klub berjuluk The Guardian ini resmi berdiri pada tahun 2015 dan langsung sukses bermain di Liga 1. Bhayangkara FC adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang dimiliki oleh Polri yang berbasis di DKI Jakarta, klub ini bermain di Liga 1. Klub ini juga memegang rekor sebagai klub dengan pergantian nama terbanyak di Indonesia, semuanya karena dualisme yang pernah terjadi antara klub ini dengan klub Persebaya Surabaya pada rentang waktu tahun 2010 sampai 2016.
Cukup rumit bagi Bhayangkara FC agar terus bisa bermain, karena klub ini sudah sering sekali berganti nama demi bisa mengikuti kompetisi sepakbola di Indonesia. Cikal bakal Bhayangkara FC di mulai dari sebuah klub yang berasal dari Kalimantan bernama Persikubar Kutai Barat, saat itu persepak bolaan Indonesia sedang di landa kekacauan dan hampir 2 musim menghentikan seluruh pertandingannya, hal ini di karenakan kepengurusan PSSI yang morat marit dan dualisme kepemimpinan yang berbeda.
YAitu bos dari PT. Mitra Muda Inti Berlian yang akhirnya membawa Persikubar Kutai Barat ke Surabaya, saat itu surabaya sudah memiliki klub bernama Persebaya Surabaya, namun berubah nama menjadi Persebaya 1927. akhirnya Persikubar Kutai Barat mengubah nama menjadi Persebaya Surabaya.
Baca juga : Semen Padang FC
Tentu hal ini membawa sedikit kekacauan karena terjadi dualisme klub Persebaya. Seperti yang diketahui, kala itu ada dua kompetisi besar di Indonesia, satu di luar PSSI yaitu Liga Primer Indonesia dan liga resmi PSSI. Sedangkan Persebaya 1927 lebih memilih ikut berlaga di Liga Primer Indonesia.
Hal ini lah yang membuat Persikubar Kutai Barat di bawa ke surabaya dan diganti nama menjadi Persebaya Surabaya, tujuan utamanya yaitu agar Surabaya memiliki wakil yang bermain di liga resmi PSSI. Namun semua tidak berjalan mulus, Karena pada tahun 2015 mereka tidak boleh mengikuti turnamen bertajuk Piala Presiden karena alasan nama yang sama dengan klub Persebaya sebelumnya.
Karena ingin bermain di bawah naunggan PSSI, akhirnya mereka menambah nama United menjadi Persebaya United. Semua berjalan lancar dan Persebaya United terus bermain bagus dan akhirnya sampai ke 8 besar Piala Presiden.
Setelah berjuang sampai pada posisi 8 besar, BOPI mengisyaratkan untuk menanggalkan nama Persebaya, karena hak paten logo dan nama ada di tangan Persebaya 1927 di bawahan PT. Persebaya Indonesia. Tidak putus asa akhirnya Persebaya United berubah nama menjadi Bonek FC.
Lagi – lagi nama ini tidak bisa bertahan lama, bukan BOPI, melainkan fans setia Persebaya yang memberontak. Para fans mengancam jika nama Bonek FC tidak di ubah. Menurut mereka Bonek merupakan sebutan fans bukan sebuah klub sepak bola. Akhirnya di turnamen Piala Jenderal Sudirman 2015, Bonek FC mendaftarkan diri sebagai Persebaya United kembali.
Baca juga : Sejarah Persela Lamongan
Akhirnya pada tanggal 12 April 2016, Surabaya United melakukan merger dan melebur dengan tim yang mengikuti Piala Bhayangkara tahun 2016, PS Polri dan mengubah namanya menjadi Bhayangkara FC, sampai saat ini. Markas mereka pun berpindah di Bekasi Jawa Barat.
Bhayangkara Surabaya United menggunakan Stadion Gelora Delta di Sidoarjo sebagai laga kandang mereka. Pada tanggal 24 April 2016, Bhayangkara SU mengadakan pembukaan tim di ajang pertandingan Trofeo Kapolda Jatim dengan mengundang Madura United FC dan Deltras Sidoarjo. Pada saat itu, Bhayangkara SU menjadi juara trofeo setelah mengalahkan Deltras Sidoarjo 4-0. Selain di Stadion Gelora Delta, Bhayangkara Surabaya United juga menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya sebagai stadion alternatif. Hal ini, karena apabila Stadion Gelora Delta dipakai Deltras Sidoarjo, maka Bhayangkara SU bisa menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo.
Baca juga : Sejarah Kota Medan
Pada kompetisi Liga 1 musim 2017, Bhayangkara FC menggunakan Stadion Patriot, Bekasi sebagai markas bersama dengan Persija Jakarta. Tahun 2018, markas mereka lalu berpindah ke Stadion PTIK, lokasi Jakarta.
Selain itu, sejumlah fakta menarik dicatat dari klub yang bermarkas di Stadion PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu. Berikut rangkumannya.
1. Di Tangani Polri
Bayangkara FC dijuluki sebagai The Guardian. Dimana klub ini berawal dari Surabaya, Jawa Timur dan dibawahi oleh Polri. Sebelum berada di bawah naungan Polri, Bhayangkara FC dimiliki Polda Jatim.
Klub tersebut dibiayai melalui Koperasi Zebra Jaya, yang menaungi pegawai dan eks-karyawan Korps Lalu Lintas Mabes Polri. Koperasi itu menguasai 90 persen saham PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB), perusahaan legal Bhayangkara FC. PT tersebut sebelumnya digunakan untuk mengklaim Persebaya.
Sebelum berada di bawah naungan koperasi Zebra Jaya, Bhayangkara FC berada di bawah penguasaan Koperasi Primkopol Zebra Jaya Mandiri Ditlantas milik Polda Jatim di Surabaya dengan penguasaan saham 54,9 persen.
2. Dari Dualisme Persebaya Surabaya
Bhayangkara FCmerupakan hasil dualisme Persebaya Surabaya pada tahun 2010. Saat itu, Surabaya memiliki dua tim sepakbola hebat yaitu Persebaya Surabaya dan Persebaya 1927. Persebaya 1927 berlaga di Indonesian Primer League (IPL), . Sementara, Persebaya Surabaya tampil di Divisi Utama dan dikenal sebagai Persebaya DU.
Persebaya Surabaya terus menunjukkan kualitasnya di Sepakbola Indonesia dan berhasil promosi ke Indonesia Super League (ISL) setelah bermain dua musim di Divisi Utama. Saat bermain di musim ketiga yaitu ketika mengikuti Piala Presiden 2015, upaya Persebaya untuk tetap mengikuti kompetisi kasta tertinggi mulai mengalami hambatan seperti tidak boleh mengikuti pertandingan arahan Mahaka Sports dan Entertainment.
Baca juga : Sejarah Kota Bandung
Badan Olahraga Indonesia atau BOPI melarang Persebaya untuk mengikuti turnamen Piala Presiden karena tidak memiliki hak paten pada logo. Adapun yang diperbolehkan mengikuti turnamen garapan Mahaka Sport dan Entertainment adalah Persebaya 1927 di bawah PT Persebaya Indonesia. Hal ini karena Persebaya 1927 memiliki hak paten logo.
Oleh karena itu, agar dapat mengikuti turnamen, Persebaya Surabaya mengganti nama menjadi Bonek FC. Kemudian Bonek FC diubah menjadi Surabaya United karena nama sebelumnya dianggap sebagai nama suporter.
Dan pada tahun 2016 tim sepakbola ini mengubah namanya menjadi Bhayangkara FC. Klub itu tampil mengikuti ajang Torabika Soccer Championship. Di kompetisi TSC inilah Liga 1 Indonesia terus berkembang dengan memasang target berada di posisi lima besar namun kenyataannya berada di urutan tujuh klasemen akhir.
3. Juara Liga 1 2017
Bhayangkara sukses meraih gelar juara Liga 1 tahun 2017. Waktu itu, mereka diperkuat para pemain muda yang berkualitas, di antaranya Evan Dimas Darmono, Muchlis Hadi, Putu Gede Juni Antara, dan Awan Setho Rahardjo. Bhayangkara juga didukung oleh pemain berpengalaman, seperti Pauko Sergio, Ilija Spasojevic, dan Firman Utina.
Nah, demikianlah penjelasan singkat sejarah klub sepak bola Bhayangkara FC yang patut diketahui. Semoga bermanfaat.